Selasa, 15 Maret 2011

Stories Of The Punk

Dari tahun ke tahun, musik punk terus mengalami perubahan bentuk. Yang ngak berubah adalah semangat pemberontakannya. Pantas nggak Greeen Day disejajarkan dengan Sex Pistols, atau The Ramones? Gimana sejarahnya punk.
Kalau melihat band-band punk sekarang, yang kebanyakan anggotanya masih muda, ga’ nyangka deh.. bahwa aliran musik yang satu ini umurnya sebaya dengan Billie Joe Armstrong. Malah kalau dirunut, cikal bakalnya sudah ada sejak orang tua kita masih imut-imut. Padahal citra punk kan serba muda.
Punk sebetulnya punya dasar sikap yang sama dengan musik rock n’roll waktu lahir tahun 1955 dulu musik yang menjadi milik pribadi generasi muda yang memberontak terhadap kemapanan, yang di jamin bakal dijauhin dan disebelin para orang tua. Waktu rock mulai kehilangan greget dan dianggap jadi monoton, mulailah ada kasak-kusuk untuk bikin jenis musik baru yang ekstrim sebagai reaksi melawan kejenuhan tadi. Dari keresahan itulah aliran punk lahir.
Tidak seperti heavymetal misalnya, punk lebih mengutamakan pelampiasan energi dan curhat daripada aspek teknis bermain musik. Pokoknya nggak usah jago-jago amat, pokoknya oke dan yang namanya unek-unek bisa keluar. Asal tahu aja, almarhum Sid Vicious dari Sex Pistols itu terkenal nggak bisa main. Tapi orang toh nggak memandang remeh dia. Malah dianggap cool.
Nah, kelonggaran inilah yang menjadi daya tarik utama bagi para pemusik aliran ini. Mereka kebanyakan mulai dengan menonton band punk lain, kemudian mikir ini sih gampang, gue juga bisa. Lantas mereka pun ngumpul bareng, bikin lagu sendiri, dan berdiri deh satu band baru. Lantas kalau ternyata ada banyak band sealiran terpusat di satu lokasi atau kota, timbulllah apa yang disebut scene. Isinya ya orang-orang yang punya minat dan pandangan yang serupa, yang hobi nonton konser grup-grup lokal dan mendukung mereka, entah jadi promotor, bikin majalah (lazimnya disebut fanzine), mendirikan sebuah perusahaan rekaman kecil-kecilan untuk merilis single atau album grup-grup tersebut tersebut, atau sekedar rajin ikutan nongkrong. Lazimnya mereka ini saling kenal satu sama lain, dan yang aktif ya orangnya itu-itu lagi. Malah nggak jarang beberapa profesi di atas itu dirangkap oleh satu orang. Tangannya lebih dari dua kali !
Nah, sejak lahirnya, gerakan punk merupakan rangkaian scene demi scene yang bermunculan di berbagai penjuru yang masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Makanya, sejarah punk lebih enak diulas dengan membahas beberapa scene yang paling menonjol, satu demi satu.
Sampai tahun 1950-an, jarang ada artis atau grup yang memainkan alat musik sendiri. Mereka biasanya cuma mengurusi masalah vokal, sedangkan urusan penulisan lagu dan memainkan instrumen biasanya dipercayakan kepada para ahlinya. Grup-grup vokal di masa itu praktis menurut saja pada kemauan perusahaan rekaman mereka.
Lantas pada tahun 1964, terjadi serbuan besar-besaran grup asal Inggris ke Amerika. Biang keladinya siapa lagi kalo bukan The Beatles. Melihat trend baru ini, remaja Amrik pun sadar bahwa sebuah grup sanggup mengerjakan semuanya sendiri.
Maka di berbagai pelosok Amerika, anak-anak sekolah pun mulai membentuk band dan latihan di garasi rumah mereka sendiri. Karena mereka baru belajar, musiknya pun nggak bisa yang susah-susah amat. Mereka cenderung belajar dari grup-grup yang alirannya simple tapi nge-rock, macam Rolling Stones, The Who sampai Yardbirs, yang musiknya lebih menitik beratkan pada riff dan power, bukan struktur lagu yang njelimet.
Maka ketika mereka pada gilirannya mulai menulis lagu sendiri, musik mereka mempunyai ciri khas sederhana tapi kenceng atau berpower, biasanya dengan satu riff gitar yang di ulang-ulang. Tapi meski bentuknya masih primitif, musik yang mereka ciptakan mampu menggugah semangat pendengar. Sesuai dengan tempat kelahirannya, orang memberi julukan untuk warna musik ini: Garage Rock (Rock Garasi).
Grup-grup yang lahir contohnya The Standells, The Seeds, The Music Machine, The Leaves, dll. Dan dari sini lahirlah sound yang selanjutnya berkembang jadi Punk Rock.
Memasuki dekade 70-an, punk mulai menemukan bentuknya seperti yang kita kenal sekarang. Ciri pemberontakannya makin kentara, dan segala rupa aksi panggung yang ugal-ugalan pun mulai muncul. Dari generasi pelopor punk ini ada dua nama yang boleh disebut paling menonjol yaitu MC 5 dan Iggy and The Stooges.
Iggy adalah salah satu dari segelintir pentolan punk yang kiprahnya masih berlanjut sampai dasawarsa 90-an. Dan seiring dengan lahirnya generasi baru punk rock, namanya pun makin diakui sebagai salah satu tokoh paling berpengaruh dalam musik rock pada umumnya, punk khususnya.
Tahun 1975 lahirlah beberapa grup musik baru seperti Blondie yang ngepop, Talkin Heads yang Avant Garde, The Voidoids yang berkutat dengan gitar, dan The Dead Boys yang nyeleneh. Dan ada The Ramones.
Ramones punya citra seperti tokoh kartun. Empat anak jalanan asal Queens yang tampil gahar dengan dengan jaket kulit dan jeans belel, seperti geng. Gerombolan ini pancang mitos bahwa mereka satu keluarga. Pada tanggal 4 Juli 1976, Ramones mengadakan konser perdananya di Inggris. Entah itu tanggal keramat atau apa, konser mereka meninggalkan bekas yang dalam dalam diri kaum muda Inggris yang menyaksikannya. Konser itu disaksikan oleh para pentolan grup yang belakangan memotori kebangkitan punk di Inggris. Yaitu The Sex Pistols, The Damned, dan The Clash.
Sex Pistols dan The Clash memasukkan aspek baru dalam perkembangan punk, yaitu protes sosial dan politik. Kedua grup ini menjadi penyambung lidah kaum muda Inggris yang frustasi. Mulailah mereka menyuarakan protes terhadap segala ketidakadilan yang mereka lihat sehari-hari. Cuma saja pendekatan mereka berbeda, sesuai latar belakang kehidupan masing-masing.
Di tahun 1980-an, sementara era punk di Inggris datang dan pergi, dampaknya mulai terasa di berbagai penjuru dunia. Banyak negara yang menjawab tantangan Inggris dengan mencetak grup-grup punk yang belakangan juga menjadi legenda setempat. Irlandia, misalnya punya The Understones. Australia ada The Saints. Dan Selandia Baru muncul nama The Clean.
Di Amerika gelombang terbaru pemusik punk AS bukan berasal dari New York, melainkan California. Generasi ini mendapat pengaruh yang sama besar dari The Ramones dan Sex Pistols. Tapi agak lain dengan ke dua mentornya itu, mereka sangat serius menghayati prinsip-prinsip dasar punk. Bagi mereka punk bukan sekedar aliran musik, melainkan juga identitas, gaya hidup, bahkan juga gaya hidup bahkan prinsip.
Di selatan LA, tepatnya di Hermosa Beach, sebuah kelompok punk metal baru bernama Black Flag bela-belain nyewa gereja sebagai tempat latihan mereka. Tempat ini selanjutnya menjadi pusat kegiatan pecinta punk setempat. Grup-grup yang lahir disini lebih berhaluan keras daripada yang di Hollywood. Penampilan lebih brutal, dan liriknya lebih radikal. Disini lahirlah The Circle Jerk, Social Distortion, Suicidal Tendencies, dll.
Sementara di San Francisco aliran punk lebih berpolitik. Di sini lahir nama-nama macam The Avengers, The Dils, dan yang paling dominan The Dead Kennedys. DK melancarkan protes keras terhadap berbagai hal mulai dari kebijaksanaan pemerintah sampai fasisme. Musik mereka berada di perbatasan antara punk yang melodius dan hardcore murni.
New York juga melahirkan grup-grup yang belakangan memeperkaya musiknya dengan unsur lain, seperti Beasty Boys dan Sonic Youth. Dan ada juga The Misfits, yang mengungsi dari New Jersey.
Pada akhir tahun 1980-an benih kebangkitan generasi kedua mulai ditanam di LA. Dulu sekali, awal dasawarsa ini, di San Fernando pernah berdiri sebuah grup band bernama Bad Religion. Kenggulan BR antara lain karena personilnya rata-rata memang “ngotak”. Saking inteleknya , lagu mereka sering memakai kata-kata yang membuat orang Amerika aja harus buka kamus.
Bad Religion merupakan band yang memelopori berdirinya generasi baru grup-grup punk California. Sebut aja macam Dag Nasty, Pennywise, NOFX, dan belakangan tentu saja Rancid dan Offspring.
Album Offspring Smash pada tahun 1995 mencatat rekor sebagai album independen paling laris dalam sejarah. Sementara Rancid juga mencatat angka penjualan yang sangat tinggi.
Punk telah berhasil membuktikan kemandiriannya
Family Tree Punk
Ternyata punk itu punya banyak sodara. Mulai dari grincore, black metal, heavy metal, skinhead, bahkan sampe ska. Makanya, nggak usah heran kalo mereka kayak sohiban. Motto equality (persamaan hak) sangat dijunjung tinggi. Nah, biar nggak bingung, berikut ini pembagian keluarga punk menurut Oscar (sori musti pake nama samaran) salah seorang punkers sejati. Makin kenal, makin paham!
Punk Rock
Berkembang di Inggris sekitar tahun 70-an.

  • Musik: warna rock n’ roll masih kuat, masih bermelodi.

  • Contoh: Sex Pistol, The Clash, Ramones.

  • Ciri khas: Jaket kulit, rambut jabrik/acak-acakan, dan sepatu boots.

  • Street Punk
  • Musik mulai berdistorsi kasar dengan beat yang cepat.

  • Lirik vulgar dan penuh caci maki dan anarkis.

  • Contoh: Casualities, Circle Jerks, Eksploited.

  • Ciri khas: Jaket kulit plus aksesoris paku,celana jeans ketat, rambut jabrik, mohawk, boots doc mart/converse.

  • Bagian dari Street Punk : HardCore, HardSkin, Punk HardCore, Scoin Kore.

  • SkinHead
    SkinHeads Sejati (Sayap Kiri/Lefties)
    Menganut antifasis dan antirasis. Menyatakan perang dengan paham ultranasionalis sayap kanan dan sangat melindungi kaum minoritas termasuk kaum gay. Musik-musik minoritas kulit hitam seperti reggae, ska dan american soul dianggap sebagai keluarga besar mereka. Musik mereka banyak ragamnya karena banyak mencakup berbagai macam kelompok minoritas.
  • Contoh: The Bussiness, Sham 69, Angelic Upstrats.

  • Ciri: Tidak ada ciri khusus, namun kadang lewat sepatu boots dan bretel yang menunjukkan gol kelas menengah dan buruh.

  • Bagian dari SkinHeads :
  • TUTONS

  • SKA

  • SKACORE

  • Tutons
    Masih keluarga besar Skinheads sayap kiri. Mereka adalah rakyat kelas bawah yang melakukan protes dengan cara berpakaian seperti orang kaya. Tumbuh di Inggris dan Jamaika. Musik mereka musik kulit hitam kayak rock steady dan reggae. Ngetop lewat aliran ska.
  • Ciri khas: Stelan jas, bretel, topi baret, celana panjang cingkrang (Rude Boy Style)

  • Contoh: The Selector, The Specials, Jimmy Cliff

  • Nazi SkinHeads (Sayap Kanan/Ultranasionalis)
    Menganut paham rasis (benci kulit berwarna) dan antikaum minoritas adalah prinsipnya. Terkenal dengan istilah Boneheads. Berkembang pesat di Jerman dan negara Eropa daratan lainnya.
  • Contoh: Screwdriver, Brutal Attack, Blood and Honour.

  • Ciri khas: Kepala plontos (boneheads), kadang membaur dalam suporter sepak bola di Eropa (Giggs/Hooligans) untuk membuat kerusuhan.

  • Senin, 14 Maret 2011

    RANCID



    Rancid

    Rancid live in 2008. Pictured are Tim ArmstrongLars Frederiksen and Branden Steineckert (back).
    Latar belakang
    AsalAlbani, CAAmerika Serikat
    GenrePunk rock
    Ska
    Street punk
    Tahun aktif1991 – sekarang
    Labelhellcat records
    Dipengaruhi olehOperation Ivy
    Lars and the Bastard
    Downfall
    Dance Hall Crashe
    The Used
    Situs web[1]
    Anggota
    Tim Armstrong
    Matt Freeman
    Lars Frederiksen
    Branden Steineckert
    Mantan anggota
    Brett Reed
    RANCID adalah sebuah grup band beraliran punk rock dari AlbaniCalifornia, yang didirikan pada tahun 1991 dan ditemukan pertama kali oleh Tim Armstrong dan juga Matt Freeman. Keduanya sebelumnya memainkan musik SKA bersama Operation Ivy. Rancid terdiri dari Tim Armstrong(gitar dan vokal), Matt Freeman(bass dan vokal), Lars Frederiksen(gitar dan vokal), dan Branden Steineckert(drum dan perkusi). Band ini didirikan pertama kali oleh Tim, Matt, dan drumer pertama mereka Brett Reed (meninggalkan Rancid pada 2006). Lars bergabung dengan Rancid pada tahun 1993 pada saat band mencari pemain second guitar. Sampai sekarang Rancid telah merilis 7 album studio, 1 split, 1 kompilasi, 2 EP, serangkaian album online, dan telah ditampilkan pada kompilasi yang tak terhitung jumlahnya. Rancid mulai merangkak pada album 'Lets go' (1996), dengan single-nya yang berjudul 'salvation'. Dan pada tahun berikutnya mereka merilis album tersukses mereka '...And Out Come the Wolves', dengan hits terbaik mereka "roots radical", "Ruby Soho", "Time Bomb", yang mendapatkan sertifikat Gold dan Platinum dari RIAA.

    sejarah

    [sunting]Awal berdiri (sebelum 1993)

    Pada awalnya Tim dan Matt mendirikan sebuah band Ska bernama "Operation Ivy" (1887-1989). Lalu Operation Ivy memutuskan bubar dan membentuk band baru dengan nama "Downfall" dengan genre yang masih pada Ska. Hanya beberapa bulan setelah itu mereka memulai band baru dengan genre Hardcore Punk bernama "Generator", dan band ini akhirnya juga bubar. Lalu Tim dan Matt mencoba kembali ke Ska lewat "Dance Hall Crasher", yang bubar lebih cepat dari 2 band sebelumnya. Pada tahun 1991 Tim dan Matt mencoba membangun band baru. Mereka merekrut Drumer pertama mereka, Brett Reed, dan membentuk "Rancid". Rekaman pertama Rancid dirilis dengan label lama Operation Ivy, Lookout! Records. Setelah merilis album pertama mereka, Rancid pindah ke label yang dimiliki gitaris Bad Religion, Epitaph Records.

    [sunting]Menembus sukses (1994-1996)

    Saat Rancid menulis lagu untuk album selanjutnya, Billie Joe Armstrong ikut menulis lagu "Radio" sehingga Billie tampil pada tur Rancid. Tim sebelumnya telah mengajak Lars untuk bergabung sebagai pemain gitar kedua, tapi Lars memilih bermain untuk "UK Sub" milik Charlie Harper. Lalu Tim mengajak Billie untuk bergabung, namun Billie menolaknya dan memilih untuk membentuk Green day. Setelah mengetahui Billie batal bergabubng, Lars mengubah pilihannya dan bergabung dengan Rancid. Lars mulai main untuk Rancid sejak album "Let's Go" pada tahun 1994. Saat itu teman satu label mereka, The Offspring, meraih sukses dengan "Smash" mereka. the Offspring membawa Rancid pada tur mereka dan membantu "Let's Go" menembus posisi 97 pada Billboard's Heatseekers. Dengan keberhasilan albumnya, band ini dikejar oleh beberapa label besar, termasuk Madonna Maverick Record. Band ini akhirnya memutuskan untuk tinggal di Epitaph Record, dan tahun berikutnya mereka merilis album ketiga mereka "...And Out Come the Wolves". Album ini dengan cepat melampaui "Let's Go" dalam hal kesuksesan. Tiga dari single album itu, "Roots Radical", "Time Bomb", dan "Ruby Soho" yang masuk chart di the North American Billboard Modern Rock Tracks, dan band ini tampil di Saturday Night Live.

    [sunting]Tahun pertengahan (1997-2003)

    Setelah 2 tahun melakukan tur untuk album "...And Out Come the Wolves" mereka, di tahun 1997 Rancid kembali ke studio untuk rekaman album ketiga mereka,"Life won"t wait", yang rilis tanggal 30 Juni 1998.

    Jumat, 11 Maret 2011

    AWESOME AS FUCK






      Adeline Records dengan bangga menyajikan versi vinyl merek Green Day album live baru, "Awesome As Fuck", menampilkan 18 trek pada pink 180 gram-doubledisc vinil gatefold! Bundel ini mencakup, edisi terbatas eksklusif Green Day t-shirt ...ini adalah tempat HANYA Anda dapat memilih dari semua 5 ukuran, begitu cepaturutan - begitu mereka pergi, mereka pergi!

    Green Day mencatat setiap tampil di tur 21st Century Breakdown. Ketika menyimpulkan,anggota band, penyanyi-gitaris Billie Joe Armstrong, bassist Mike Dirnt, dan drummer Tre Cool, disaring melalui audio untuk memberikan kinerja terbaik dari mereka menunjukkan seluruh dunia. Paket ini termasuk hits Green Day terbesar dan favoritpenggemar, termasuk "21 Guns," "American Idiot," "When I Come Around," dan"Good Riddance."


    Berikut ini adalah daftar lagu yang akan dimasukkan ke dalam album baru Green Day, Awesome As Fuck

    01. 21st Century Breakdown - (London, England)
    02. Know Your Enemy - (Manchester, England)
    03. East Jesus Nowhere - (Glasgow, Scotland)
    04. Holiday - (Dublin, Ireland)
    05. Viva La Gloria! - (Dallas, Texas)
    06. Cigarettes And Valentines - (Phoenix, Arizona)
    07. Burnout - (Irvine, California)
    08. Going To Pasalacqua - (Chula Vista, California)
    09. JAR - (Detroit, Michigan)
    10. Who Wrote Holden Caulfield> - (New York, New York)
    11. Geek Stink Breath - (Saitama-shi, Japan)
    12. When I Come Around - (Berlin, Germany)
    13. She - (Brisbane, Australia)
    14. 21 Guns - (Mountain View, California)
    15. American Idiot - (Montreal, QUE)
    16. Wake Me Up When September Ends - (Nickelsdorf, Austria)
    17. Good Riddance - (Nickelsdorf, Austria)

    Rabu, 09 Maret 2011

    Blink-182's Newest News

    1. blink-182
    Mungkin ini yg paling banyak ditanyain temen-temen semua. Kapan album baru blink-182 keluar?
    Ya seperti yg sudah Mark/Tom/Travis bilang di setiap wawancara, album baru blink-182 akan keluar musim panas ini. Kemudian bulan lalu, Travis berkata bahwa album baru blink-182 akan keluar sekitar bulan Juni atau Juli 2011. So, mari kita bersabar aja dan berdoa supaya tepat waktu. :)

    2. Angels & Airwaves (AVA)
    Ini juga banyak ditanyakan. Kapan album AVA (Love Pt. 1 & 2) dan Love Film rilis?
    Jadi, rencananya double album Love (Pt. 1&2)  harusnya dirilis bulan Maret ini, berbarengan dengan rilis Love Film (yg kemaren sudah ikut festival Santa Barbara). Nah tapi, rilis album & film ini ternyata harus diundur.
    Jadwal rilis ini diundur karena pihak AVA masih mencari distributor untuk memasarkan Love Film agar bisa dirilis & ditayangkan worldwide (seluruh dunia). Untuk albumnya sendiri, mau ngga mau harus ikutan kena delay, karena di Love Pt. 2 ada beberapa lagu instrumental yg merupakan soundtrack di Love Film. Jadi ngga mungkin dong soundtrack nya dirilis duluan sebelum film nya?
    Tom DeLonge pernah mengatakan dalam suatu wawancara bahwa kemungkinan besar double album & film ini bakal dirilis musim gugur (fall) tahun ini. Sedangkan gitaris AVA, David Kennedy berharap kalau mereka bisa merilisnya tanggal 11/11/2011. Mari kita doakan (juga) supaya ga ngaret (lagi).

    3. Album solo Travis Barker
    Nah Travis dalam waktu dekat ini bakal ngerilis album solonya yg berjudul 'Give The Drummer Some'. Album ini bakal keluar tanggal 15 Maret 2011 (barengan ulang tahunnya Mark nih). Tapi beberapa minggu lalu, Travis udah ngeluarin mixtape (semacam remix/menyanyikan ulang lagu orang). Mixtape ini dirilis secara online dan dapat diunduh secara gratis. Namun mixtape ini tetap dirilis dalam bentuk fisik (CD). Jadi tinggal menunggu waktu aja nih sampe tanggal rilis albumnya.

    4. Transplants
    Di awal tahun, ada gosip-gosip kalo Transplants mau ngeluarin album lagi. Ternyata memang benar. Mereka (Rob Aston, Tim Armstrong (Rancid) dan Travis Barker) sudah beberapa kali bertemu dan berlatih bersama dan juga, menulis lagu baru. Beberapa minggu lalu, Transplants, melalui twitter mereka, berkata bahwa mereka sudah punya sekitar 15 lagu mentahan yg nantinya akan diseleksi lagi untuk album baru mereka. Menurut jadwal, mereka akan mulai serius menggarap album ini setelah blink selesai ngeluarin album, musim panas nanti.

    5. +44
    Mungkin kebanyakan teman-teman menganggap +44 sudah bubar. Sebetulnya tidak juga. Mark pernah mengatakan bahwa +44 dalam keadaan hiatus (sama seperti blink tahun 2005-2008). Artinya mereka tidak menganggap kalau mereka sudah bubar, tapi juga tidak membuat album baru/main musik. Minggu lalu Mark mengatakan dalam sebuah interview alasannya mengapa +44 tidak main musik untuk sementara. Dia berkata bahwa untuk saat ini, Mark sedang sangat fokus untuk album baru blink. Untuk itulah dia tidak melakukan aktivitas lain di +44 ataupun menjadi produser band lain. Jadi mungkin saja nanti ketika blink sudah mengeluarkan album baru & selesai tour, +44 bakal jalan lagi. We'll see...

    6. Acara TV Mark Hoppus
    Ya, ini dia satu-satunya kesibukan Mark selain di blink. Pembawa acara di stasiun TV Fuse. Acaranya sendiri berjudul 'Hoppus on Music'. Mark terlihat enjoy bekerja sebagai pembawa acara disana. Respon yg masuk juga bagus, karena acara tsb. memang seru. Dan Mark pernah berkata bahwa dia akan mengajak Tom & Travis (blink-182) untuk perform di Hoppus on Music jika album baru blink nanti telah selesai. Yuk ditunggu aja...

    7. Blinkumentary
    Last but not least, Blinkumentary. Ini adalah film dokumenter yg menceritakan kehidupan Tom, Mark, dan Travis setelah reunian blink-182 (2009). Film ini seharusnya sudah dirilis sejak tahun kemaren (2010), tapi entah kenapa malah molor dan belum jelas sampai sekarang. Tapi asumsi saya film ini bakal keluar barengan/dekat-dekat dengan rilisnya album baru blink-182 di musim panas nanti.

    Senin, 07 Maret 2011

    Tiga Tukang di Balik Jutaan Penggemar



    Teks dan Foto Anton Muhajir
    Di balik nama besarnya, tiga personil SID hidup sederhana. Jauh dari gemerlap musisi dengan jutaan penggemar.
    Cerita berbeda itu saya dapatkan setelah membuat liputan tentang Superman is Dead (SID) untuk majalah Rolling Stone Indonesia. Sebelum liputan ini, saya mengenal SID dan tiga personilnya hanya dari sumber lain. Misalnya dari media massa atau teman mereka yang juga teman saya.
    Dalam beberapa kesempatan, saya juga bertemu mereka. Tapi, tidak ada komunikasi secara personal. Hanya say hallo pada mereka, lalu mereka membalasnya. Beberapa kali saya nonton konser mereka, meski saya tak menikmatinya karena pada dasarnya saya memang tidak suka nonton konser bersama ribuan orang. Saya agak takut dengan keriuhan.
    Berita media, obrolan teman, dan penampilan di panggung melahirkan kesan (image) di otak saya tentang SID: berangasan, gemerlap, dan selebritis. Kesan itu didukung ikon-ikon yang menempel, sengaja maupun tidak, pada SID dan tiga personilnya: tato, bir, punk, glam, rebel, dan semacamnya.
    Awal Februari lalu, band yang lahir di Kuta pada tahun 1995 ini masuk Billboard Uncharted urutan ke-14. Dua minggu sebelumnya mereka ada di urutan ke-23. Masuknya, SID dalam Billboard Uncharted ini karena popularitas dan intensitas mereka di jejaring sosial, seperti Facebook, Twitter, MySpace, dan seterusnya.
    Di Facebook, merekalah musisi Indonesia dengan penggemar terbanyak: hampir 1,8 juta fans!
    Masuk Billboard karena punya hampir 2 juta orang? Wow! SID di otak saya makin jadi  band yang besar dan gemerlap. Begitu pula dengan tiga personilnya, I Made Putra Budi Sartika alias Bobby, I Made Eka Arsana alias Eka, dan I Gede Ari Astina alias Jerinx.
    Tapi, aaah, stigma memang berbahaya. Begitu juga kesan saya tentang mereka. Setelah kenal secara personal, setidaknya lewat beberapa hari reportase, wawancara, dan pemotretan, saya jadi tahu bahwa stigma, kesan, anggapan, dan semua asumsi itu tak sepenuhnya benar.
    Sebaliknya, mereka terlalu biasa untuk ukuran band dengan penggemar terbesar di negeri ini sekaligus musisi pertama dari Indonesia yang masuk daftar majalah musik bergengsi dunia, Billboard.
    Tanpa Bir
    Kesan bahwa SID itu angker pelan-pelan runtuh pas wawancara dengan mereka di Twice Bar, Kuta. Ini wawancara pertama bersama mereka.
    Sebelum berangkat, saya sudah berpikir bahwa obrolan tiga jam itu akan dipenuhi asap rokok dan bir. Ternyata saya keliru. Tidak ada bir sama sekali selama wawancara tersebut. Eka si basis dan vokal latar hanya memesang teh hangat. Bobby, vokalis dan gitaris, pesan jeruk hangat. Jerinx, yang juga pemilik Twice Bar malah tidak minum sama sekali. Padahal, hampir tak pernah saya melihat mereka tampil tanpa bir, terutama di Bali.
    Beberapa hari kemudian saya baru tahu alasan mereka kenapa tidak terlalu banyak minum bir. “Sudah makin tua. Kami makin mengurangi minum bir. Beda dengan dulu,” kata Bobby.
    Di kesempatan lain I Gede Ardi Suryana alis Dodix, manajer SID, kemudian menambahkan cerita tentang ritual minum bir ini. Menurutnya, personil SID paling hanya minum bir ketika akan tampil. “Biasalah ritual kecil,” katanya.
    Di luar itu, mereka termasuk jarang minum bir. Jauh dari kesan saya tentang mereka.
    Begitu juga dengan rokok. Mereka terhitung tidak terlalu sering merokok setidaknya kalau dibandingkan teman-teman saya yang tukang hisap. Hehe.. Padahal, saya sudah berpikir bahwa selain peminum bir kelas advance, mereka juga perokok berat. Ternyata tidak berat-berat amat. Bobby malah bukan perokok sama sekali. “Hanya kadang-kadang merokok untuk keperluan sosial,” akunya.
    Nasi Bungkus
    Kesederhanaan SID juga terasa ketika kami bertemu di Radio Hard Rock, Kuta sekitar dua minggu setelah pertemuan pertama kami di Twice Bar. Pagi itu SID siaran di radio sebagai bintang tamu konser Outloud di Central Parkir Kuta.
    Ketika saya tiba di sana, di kamar sempit tempat siaran Hard Rock ini sudah ada Jerinx yang memang tinggal di Kuta dan Bobby bersama Dodix manajer mereka. Eka belum terlihat.
    Pas siaran sudah berjalan, Eka baru datang. Dia juga bawa sarapan. Sederhana banget yang dia bawa: nasi bungkus! Tepatnya nasi dengan bungkus plastik. Sepertinya ini nasi bungkus beli di pantai Kuta. Sayangnya, saya lupa tanya di mana beli nasi bungkusnya. Hihihi..
    Dengan tarif tiap manggung antara Rp 30 juta hingga Rp 50 juta, meski juga kadang gratis kalau teman sendiri, personil SID masih mau makan nasi bungkus seharga Rp 5.000. Salut.
    Nasi bungkus pula yang mereka makan ketika kami bertemu Kamis pekan lalu pada sesi foto bersama teman saya, Den Widhana, blogger yang juga web designer dan fotografer.
    Hari itu seharian saya dan Deni memotret mereka secara bergantian. Pas jam makan siang tiga personil SID dan beberapa staf manajemen mereka berkumpul di kantor SID di Jalan Seroja, Denpasar Timur.
    Kebetulan sekali hari itu juga ada perayaan ulang tahun dua personil SID, Eka yang lahir 8 Februari dan Jerinx yang lahir 10 Februari. Jadi, saya sudah mikir pasti akan ada makanan berlimpah dan mewah. Tapi, walah, ternyata mereka “hanya” makan nasi bungkus.
    Ini sederhana apa pelit, sih? Wahaha..
    Tukang Rakit
    Bobby tinggal di Jl Padma, sekitar Kampus Universitas Ngurah Rai, Denpasar Timur. Rumah kontrakan seluas 2,8 are ini, kata Bobby, hasil main band dan jualan baju.
    Hal menarik tentang Bobby adalah hobinya merakit sepeda. Dia mengaku merakit sepeda sejak masih SD. Hobi itu masih dia lakukan hingga saat ini meski sibuk ngeband. Salah satu buktinya sepedanya sekarang yang dia pakai dalam sesi foto. Sepeda ini dia rakit sendiri dari rongsokan seharga Rp 100.000. “Ini buktinya,” kata dia sambil menunjukkan foto rongsokan bodi sepeda di Blackberry-nya.
    Rongsokan itu kemudian dia rakit sendiri dengan tambahan perangkat lain, seperti setir, sadel, pedal, dan seterusnya. Total habis sekitar Rp 2 juta. Weleh. Jatuhnya mahal juga, Bli. Hehe..
    Selain hobi merakit sepeda, dan tentu saja gowes, Bobby juga suka mendesain. Karena itu dia juga memproduksi pakaian dengan label sendiri, Electrohell. Label ini dia buat bersama Rizal Tanjung, temannya sesama surfer. Sebelum total main musik, Bobby memang surfer. Dia juga membuat desain pakaian surfing sebelum total main musik di SID dan membuat label sendiri.
    Bobby juga bercerita SID dulu main dari konser ke konser tanpa bayaran sama sekali. “Dulu diajak main saja sudah senangnya bukan main,” katanya. Honor profesioanl mereka pertama kali adalah ketika tampil di acara Granat, konser ala mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Udayana, Bali.
    Waktu itu SID dibayar Rp 400.000. “Pas terima duit itu senangnya bukan main. Waah, bisa juga dapat duit dari tampil,” kata Bobby.
    Tapi itu dulu. Sekarang tarif manggung SID antara Rp 30 juta hingga Rp 50 juta. Tapi, tarif ini sangat bisa dinego. Kalau acaranya besar plus banyak sponsor, mereka memang pasang tarif segitu. Kalau acaranya amal, mereka bersedia datang meski hanya dibayar sebotol bir atau setangkai mawar. Hehe..
    Tukang Oprek
    Selama sekitar 16 tahun membangun band, kini personil SID menerima hasilnya. Begitu pula Eka dengan Harley Davidsonnya. Toh, dia mendapatkan itu semua karena sejak kecil sudah terbiasa bekerja keras.
    Tiap kali melihat SID tampil, saya merasa Eka berperan seperti joker, tukang bikin suasana jadi lebih kocak. Dia menghidupkan suasana dengan omongan-omongannya, terutama dalam Bahasa Bali.
    Namun, pada sesi foto kami di rumah Bobby, kami minta dia berpose sangat serius dengan menghadap layar komputer. Pose ini disesuaikan dengan minatnya, internet dan komputer.
    Sejatinya, Eka memang geek. Dia salah satu pelopor penggunaan internet di Bali. Sejak tahun 2000 dia sudah akrab dengan programming dan coding. Maklum, saat itu dia bekerja sebagai desainer www.baliaga.com, media harian online milik NusaBali, koran lokal yang sebelumnya bernama Nusa Tenggara.
    Eka awalnya lebih banyak bekerja untuk desain grafis. Namun, karena dia disuruh mengelola website, dia kemudian belajar ngoprek website, belajar tentang program, coding, CMS, dan tetek bengek seputar website. Dalam bahasa pekerja teknologi informasi, pekerjaan semacam ini disebut ngoprek.
    Hasilnya, dia makin mahir ngoprek website, mulai dari konsep, desain, sampai coding. Eka pula yang membuat website www.supermanisdead.net. “Sampai sekarang juga masih sering ngerjain pesanan website dari teman-teman,” katanya. Untuk mengerjakan pesanan website itu, Eka punya usaha sendiri di www.disposablelies.com. Eka tak mau menggunakan CMS berbasis open source, seperti WordPress, Joomla, dan semacamnya.
    “Kalau pakai open source lebih gampang dibobol orang,” katanya.
    Untuk semua keahliannya itu, Eka belajar secara otodidak. Dia satu-satunya personil SID yang lulus kuliah. “Karena merantau. Jadi kasian kalau sudah jauh-jauh ke Denpasar tapi tidak lulus kuliah,” katanya.
    Eka lahir dan besar di Negara, Jembrana, sekitar 3 jam perjalanan dari Denpasar ke arah Gilimanuk. Kedua orang tuanya guru. Karena itu, dia mengaku punya tanggung jawab untuk menyelesaikan kuliah.
    Dan, dia berusaha keras untuk menyelesaikan kuliah itu. Pada tahun kedua kuliahnya, Eka sudah mandiri. Dia bekerja di dua tempat sekaligus. Pagi di kantor Baliaga. Malamnya di tempat lain. “Aku dulu pekerja keras. Keras sekali,” katanya.
    Terbiasa bekerja keras sejak kuliah itu membuat Eka juga terbiasa dengan SID yang memulai karir dari dunia indie.
    Tukang Ojek
    Selama mengenal SID dari media atau cerita teman, Jerinx jadi sosok paling identik dengan SID. Dalam beberapa kesempatan diskusi tentang SID yang saya ikuti, Jerinx hadir mewakili SID. Jadi, kesan dia sebagai frontman memang tak terhindarkan.
    Lewat status di Facebook ataupun twit personalnya, Jerinx paling sering mengangkat isu yang bagi banyak orang mungkin kontroversial. Misalnya, radikalisme, kelompok gay dan lesbian,  dan semacamnya. Jerinx terlihat paling keras kalau ngomong. Sayang, saya tak punya cukup waktu untuk ngobrol bersamanya secara personal kecuali ketika bersama teman-temannya.
    Namun, selama beberapa hari melakukan reportase tentang SID, saya menangkap hal totally different dari sosok paling gahar dan sangar di SID ini.
    Hal yang membuat saya salut pada Jerinx adalah kendaraannya. Dia masih naik motor butut Supra Vit dengan nomor polisi yang sudah memutih. Motornya juga agak dekil. Motor yang sama saya lihat dipakai Jerinx saat kami bertemu di Hard Rock Radio.
    Di balik nama besarnya sebagai frontman SID, band dengan fans mencapai 1,8 juta orang plus image tentang anak band yang bagi banyak orang adalah bad boy, penampilan Jerinx di luar panggung biasa saja. Dia lebih mirip tukang ojek daripada frontman band sejuta umat. Hehe..
    Kamis pekan lalu, kami berencana memotret dia pas main surfing. Tapi, karena dia ada acara di Ubud, maka kami mengikutinya ke sana begitu selesai berkumpul di kantor manajemen SID.
    Dia mau menunggu kami untuk berangkat bersama. Saya merasakan kehangatan dari Jerinx sebagai teman, atau setidaknya tuan rumah pada tamunya. Dia rendah hati sekali.. Sepanjang perjalanan menuju Ubud, Jerinx beberapa kali melambaikan tangan menjawab salam dari orang yang melihatnya.
    Di luar urusan musik, Jerinx juga mengelola clothing sendiri dengan label Rumble. Toko ini berkantor pusat di Kuta. Kini dia membuka cabang di Ubud persinya samping pintu gerbang Museum Antonio Blanco di dekat jembatan Tukad Campuhan. Kamis pekan lalu Jerinx ke sana untuk melihat upacara adat (melaspas) toko bercat hitam dan merah tersebut.
    Karena sudah sore dan capek setelah motret seharian, saya tak banyak bertanya pada Jerinx yang juga sibuk memeriksa persiapan pembukaan toko. Sore itu toko baru tersebut masih belum berisi apa pun.
    Jerinx pernah jadi vegetarian antara 1997-2007. “Tidak tega saja lihat binatang disembelih,” katanya. Tapi, kini Jerinx sudah makan daging lagi. “Tidak kuat juga kalau harus selalu menghindari daging, terutama saat konser,” katanya.
    Toh, Jerinx masih menghindari makan daging dari hewan berkaki empat, seperti kambing, babi, dan sapi. Pantangan semacam ini biasanya dilakukan oleh pemimpin agama Hindu di Bali, seperti pemangku dan pedanda. Tapi, Jerinx mengaku mengikuti pantangan ini bukan karena alasan religiusitas. Lebih karena alasan itu tadi, kasihan.
    Alasan Jerinx itu kian menguatkan pendapat saya tentang SID dan para personilnya. Di balik gemerlapnya, di belakang jutaan penggemarnya para personil SID ini orang-orang yang amat bersahaja